Bagaimana mengontrol anak - anak remaja usia 15-20 ?

Bagaimana mengontrol anak - anak remaja usia 15-20 ?

Akahir-akhir ini banyak sekali emak - emak ( padahal cuma 3 yang cariin gua ;))yang mengelu tentang anaknya yang sedang duduk di bangku SMP, SMA, dan kuliah di semester 2-3, mereka adalah tante saya, teman emak saya, dan emak saya (bukan saya yang di ngeluhin :) 

karena sudah hampir muak dengar cerita-ceritanya mungkin lebih baik saya berbagi kepada pembaca deh ya, mana tahu ada yang lagi di posisi yang sama, atau sedang mempersiapkan diri menuju ke sana, atau sedang stress berat, nah kalo memang sedang stress sini- sini cerita-cerita kepada kita- kita di sini, biar lebih lega hahaha. 

bagaimana sih hubungan anajk dan orang tua seharusnya ?
tentunya semua menginginkan yang terbaik, dengan ortu ataupun dengan anak. 
nah saya kasih contoh permasalahannya ya yang dikutip dari kisah nyata nih hahaha. 

1. Remaja laki- laki usia 19 tahun
- pandangan dari emaknya  anaknya ini tuh gak mau tahu banget dengan hidupnya sampai makan setiap hari pun harus diingatkan (iya si anaknya slow motion sangat,namum kalo makan yag dia suka si gk usah di panggil), sampai terkahirnya dia terkena hepatitis A, sebelum keberangkatanya kuliahnya ke luar negeri yang seminggu lagi. Hal ini tentu menjadi batu sandungan anak tersebut berangkat bukan?
- pandangan anak 
ci, emak w tuh ribut banget lo terlalu over (emangsi ini karena aku liat dengan mata kepala sendiri ) , aku tuh udah besar, aku tahu kapan aku akan makan, pergi dan urus semuanya sendiri dengan cara aku. 

keadaanya kenapa si anaknya bisa sampai  terkena sakit hepatitis kalo sudah bisa mengurus diri sendiri ? 
kenapa si bu bilang anaknya tidak ada pedulinya dengan hidupnya sedangkan  anaknya mampu mengurus segala dokumen sekolahnya di luar negeri ?

2. Remaja perempuan usia 18 
- orang tua yang terlalu berpendirian, menganggap segalanya yang dia lakukan untuk anaknya adalah yang terbaik, bahkan terlalu mencampuri kehidupan pribadi anak. 
- anak yang sama sekali tidak bisa mengutarakan perasaan apalagi berdiskusi dengan orang tua. bahkan hanya dengan hal sekecil pun tidak sanggup di utarakan seperti kebebasan memakai hp. 

orang yang berpendirian membuat suasana tegang tidak harmonis, tidak pernah ada  candaan pengisi suara setiap harinya. 
anaknya yang di beri kebebasan namum menggunaka kebebasan itu tampa batasan. contohnya main hp sampai tidak tau waktu jam 3 pagi. atau betengakar dengan teman di acara sosial media 
 
nah ini- ini tidak ada yang salah atau benar, kepedulian orang tua itu pasti akan selalu ada, jangankan manusia, hewan sekalipun sangat peduli kepada anaknya. namum ada batasan kepeduliannya, jika masi kecil kepedulian kita akan terwujud  100 % kepadanya artinya kita akan selalu berbicara, akan selalu melakukan tindakan kepadanya termasuk memarah, memeluk, dan memukul sekalipun.  namum di usia yang remaja kita kasih sayang kita tetap 100 % namum tidak akan terwujud 100%, karena kenapa mereka sudah mulai ada rasa malu, ego, dan kemauannya sendiri. disini sebagai orang tua saya anjurkan untuk melepas mereka namum tidak membiarkan mereka terjatuh. Layaknya bermain layang- layanng, jangan takut terhadap segala hal yang akan terjadi kedepan, baik - buruknya yang akan di hadapi sang anak akan menjadi guru yang baik untuknya, sewajtu kecil kita yang mengajarkan mereka untuk berjalan namum sekarang biarkan alam yang mengajarkan untuk lari ataupun berhenti, untuk para orang tua saya harap untuk bisa lebih open minded. 







angin yang kencang akan membawa layangan lebih jauh, namum tergantug seberapa jauh kita melepas benang, untuk menjaga layang tetap stabil ataurlah tali layangmu dengan begitu layangan akan tetap indah id langit yang cerah. 


Comments